Bagi Sobat Bloggers yang mau tukeran link, monggo ditunggu konfirmasinya di email feribatahan@yahoo.com ya. Terimakasih dan tetap SEMANGAT Kakak! ****** Yang ingin berdiskusi tentang Customer Operation, Contact Center, People Management, Ecommerce, Digital Marketing hingga Hypnotherapy juga boleh via WA +6281999798081:)

Thursday, December 27, 2012

Dakwah Bocah Amsterdam Menuntun Hidayah Seorang Nenek

Ada kisah menarik tentang semangat dakwah, yang disampaikan oleh DR. Muhammad Ratib an-Nabulsy saat Khuthbah Jumat tertanggal 2 Juli 2010. Sebuah kisah inspiratif terjadi di Amsterdam yang sangat menarik untuk disimak.

Berikut ini Penulis paparkan dengan terjemah bebas dan sedikit diringkas.
“Menjadi kebiasaan di hari Jumat, seorang Imam masjid dan anaknya yang berumur 11 tahun membagi brosur di jalan-jalan dan keramaian, sebuah brosur dakwah yg berjudul “Thariiqun ilal jannah” (jalan menuju jannah).

Tapi kali ini, suasana sangat dingin ditambah rintik air hujan yang membuat orang benar-benar malas untuk keluar rumah. Si anak telah siap memakai pakaian tebal dan jas hujan untuk mencegah dinginnya udara, lalu ia berkata kepada sang ayah,

“Saya sudah siap, Ayah!”

“Siap untuk apa, Nak?”

“Ayah, bukankah ini waktunya kita menyebarkan brosur ‘jalan menuju jannah’?”

“Udara di luar sangat dingin, apalagi gerimis.”

“Tapi Ayah, meski udara sangat dingin, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka!”
“Saya tidak tahan dengan suasana dingin di luar.”

“Ayah, jika diijinkan, saya ingin menyebarkan brosur ini sendirian.”

Sang ayah diam sejenak lalu berkata, “Baiklah, pergilah dengan membawa beberapa brosur yang ada.”

Anak itupun keluar ke jalanan kota untuk membagi brosur kepada orang yang dijumpainya, juga dari pintu ke pintu. Dua jam berjalan, dan brosur hanya tersisa sedikit saja. Jalanan sepi dan ia tak menjumpai lagi orang yang lalu lalang di jalanan. Ia pun mendatangi sebuah rumah untuk membagikan brosur itu. Ia pencet tombol bel rumah, namun tak ada jawaban. Ia pencet lagi, dan tak ada yang keluar. Hampir saja ia pergi, namun seakan ada suatu rasa yang menghalanginya. Untuk kesekian kali ia kembali memencet bel, dan ia ketuk pintu dengan lebih keras. Ia tunggu beberapa lama, hingga pintu terbuka pelan. Ada wanita tua keluar dengan raut wajah yang menyiratkan kesedihan yang dalam Wanita itu berkata, “Apa yang bisa dibantu wahai anakku?”

Dengan wajah ceria, senyum yang bersahabat si anak berkata, “Nek, mohon maaf jika saya mengganggu Anda, saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda, dan saya membawa brosur dakwah untuk Anda yang menjelaskan bagaimana Anda mengenal Allah, apa yang seharusnya dilakukan manusia dan bagaimana cara memperoleh ridha-Nya.”

Anak itu menyerahkan brosurnya, dan sebelum ia pergi wanita itu sempat berkata, “Terimakasih, Nak.”

Sepekan Kemudian
Usai shalat Jumat, seperti biasa Imam masjid berdiri dan menyampaikan sedikit taushiyah, lalu berkata, “Adakah di antara hadirin yang ingin bertanya, atau ingin mengutarakan sesuatu?”

Di barisan belakang, terdengar seorang wanita tua berkata,

“Tak ada di antara hadirin ini yang mengenaliku, dan baru kali ini saya datang ke tempat ini. Sebelum Jumat yang lalu saya belum menjadi seorang muslimah, dan tidak berfikir untuk menjadi seperti ini sebelumnya. Sekitar sebulan lalu suamiku meninggal, padahal ia satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini. Hari Jumat yang lalu, saat udara sangat dingin dan diiringi gerimis, saya kalap, karena tak tersisa lagi harapanku untuk hidup. Maka saya mengambil tali dan kursi, lalu saya membawanya ke kamar atas di rumahku. Saya ikat satu ujung tali di kayu atap. Saya berdiri di kursi, lalu saya kalungkan ujung tali yang satunya ke leher, saya memutuskan untuk bunuh diri.

Tapi, tiba-tiba terdengar olehku suara bel rumah di lantai bawah. Saya menunggu sesaat dan tidak menjawab, “paling sebentar lagi pergi”, batinku.

Tapi ternyata bel berdering lagi, dan kuperhatikan ketukan pintu semakin keras terdengar. Lalu saya lepas tali yang melingkar di leher, dan saya turun untuk sekedar melihat siapa yang mengetuk pintu.

Saat kubuka pintu, kulihat seorang bocah berwajah ceria, dengan senyuman laksana malaikat dan aku belum pernah melihat anak seperti itu. Ia mengucapkan kata-kata yang sangat menyentuh sanubariku, “Saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Kemudian anak itu menyodorkan brosur kepadaku yang berjudul, “Jalan Menuju Jannah.”

Akupun segera menutup pintu, aku mulai membaca isi brosur. Setelah membacanya, aku naik ke lantai atas, melepaskan ikatan tali di atap dan menyingkirkan kursi. Saya telah mantap untuk tidak memerlukan itu lagi selamanya.

Anda tahu, sekarang ini saya benar-benar merasa sangat bahagia, karena bisa mengenal Allah yang Esa, tiada ilah yang haq selain Dia.

Dan karena alamat markaz dakwah tertera di brosur itu, maka saya datang ke sini sendirian utk mengucapkan pujian kepada Allah, kemudian berterimakasih kepada kalian, khususnya ‘malaikat’ kecil yang telah mendatangiku pada saat yang sangat tepat. Mudah-mudahan itu menjadi sebab selamat saya dari kesengsaraan menuju kebahagiaan jannah yang abadi.

Mengalirlah air mati para jamaah yang hadir di masjid, gemuruh takbir. Allahu Akbar. Menggema di ruangan. Sementara sang Imam turun dari mimbarnya, menuju shaf paling depan, tempat dimana puteranya yang tak lain adalah ‘malaikat’ kecil itu duduk. Sang ayah mendekap dan mencium anaknya diiringi tangisan haru. Allahu Akbar!”

Lihatlah bagaimana antusias anak kecil itu tatkala berdakwah, hingga dia mengatakan “Tapi Ayah, meski udara sangat dingin, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka!” Ia tidak bisa membiarkan manusia berjalan menuju neraka. Ia ingin kiranya bisa mencegah mereka, lalu membimbingnya menuju jalan ke jannah.

Lihat pula bagaimana ia berdakwah, menunjukkan wajah ceria dan memberikan kabar gembira, “Saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Siapa yang tidak trenyuh hati mendengarkan kata-katanya?

Berdakwah dengan apa apa yang ia mampu, juga patut dijadikan teladan. Bisa jadi,tanpa kita sadari, cara dakwah sederhana yang kita lakukan ternyata berdampak luar biasa. Menjadi sebab datangnya hidayah bagi seseorang. Padahal, satu orang yang mendapat hidayah dengan sebab dakwah kita, lebih baik baik bagi kita daripada mendapat hadiah onta merah. Wallahu a’lam bishawab. (Abu Umar Abdillah/arrisalah)

Source: Click here

Tuesday, December 25, 2012

Petani dan Kandang Kambing.

Pada kesempatan ini izinkan saya menyampaikan sebuah cerita ringan yang [semoga] bermakna untuk perbaikan diri atau pun organisasi kita. Bermanfaat untuk perubahan. To change being better!

Tersebutlah ada seorang petani  dan keluarganya yang tinggal di sebuah kampung. Tempat tinggal masyarakat di kampung tersebut adalah rumah yang berbentuk panggung. Umumnya kolong rumah di sana dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan barang-barang pertanian, tapi ada juga yang dimanfaatkan sebagai kandang hewan ternak.

Tokoh cerita kali ini adalah seorang petani yang menjadikan kolong rumahnya sebagai kandang kambing yang diternaknya. Tidak banyak memang, namun lumayan cukup untuk memenuhi keperluan lauknya sepanjang tahun, bahkan di bulan haji terkadang bisa menjual 2 atau 3 ekor kambing.

Demikianlah kehidupan si petani ini. Dia dan keluarganya sudah terbiasa dengan suasana kandang kambing itu. Suara embiknya sudah menjadi irama biasa bagi pendengarannya. Bahkan bau khas kandang kambing pun sudah tidak bermasalah bagi indera penciuman mereka. Sudah biasa saja. Tidak ada yang mengganggu. Berbeda dengan keadaan pertama kali mereka menjadikan kolongnya sebagai kandang kambing. Dulu isteri dan anak-anaknya sering mengeluhkan akan bisingnya suara embik kambing di tengah malam, atau bau amisnya yang menyengat sepanjang hari. Tapi itu dulu. Sekarang tidak lagi. Sudah terbiasa.

Pada suatu kesempatan, keluarga petani ini berkunjung ke rumah saudara mereka di kampung sebelah. Ada hajat pernikahan ponakan mereka di sana. Kebiasaan di kampung itu, bisa sampai tiga hari tiga malam pestanya.  Karena keluarga si petani itu bukanlah tamu, melainkan saudara, maka mereka ikut menjadi panitia hajat pernikahan tersebut. Menbantu ini dan itunya. Mereka larut dalam suasana bahagia. Pesta meriah. Tamu-tamu yang datang berpakaian dengan eloknya. Wangi parfum semerbak di setiap pojok.

Setelah selesai pestanya mereka pun kembali ke kampungnya.Tapi ada sesuatu yang lain yang mereka rasakan setelah kembali dari pesta pernikahan itu. Hanya baru di halaman rumahnya saja, mereka menciumi bau khas kambing yang mengganggu. Dan mereka tidak bisa tahan karenanya. Anak isteri petani itu mulai menggerutu. Kemudian, begitu masuk ke rumahnya, suara embik kambing pun bersahutan. Gerutuan anak isterinya pun bertambah. Tanpa menunggu waktu lama, anak dan isteri petani itu pun mengultimatum ayah mereka agar hari itu juga kandang kambing harus di pindah ke kebun belakang. Mereka tidak tahan dengan bau dan embiknya.

Ya begitulah akhirnya. Kangdang kambing pun digusur dari kolong rumahnya. Tiga hari yang mereka lalui di tempat pesta pernikahan itu telah merubah sensitifitas indera penciuman dan pendengaran mereka menjadi lebih 'normal'.

---

Moral lesson:

Mungkin di tempat yang kita betah sekarang ini (bisa rumah, bisa kantor, lingkungan, dll), ada ‘bising suara dan bau kambing’ yang sebenarnya tidak enak. Tapi karena kebiasaan, maka itu sudah dianggap wajar saja.

Kiranya ada baiknya kita berkunjung ke tempat lain yang ‘bagus dan wangi’ sejenak untuk kemudian kembali ke rumah kita dan bisa menata kembali segala sesuatunya agar lebih indah dan wangi.

Mungkin demikian ilustrasi dari benchmark dalam pengertian sederhana yang dicontohkan oleh seorang petani di atas. Semoga kita dapat memetik hikmahnya.

Terimakasih,

Wednesday, November 28, 2012

Kaizen, Continuous Improvement

Kaizen atau dikenal juga Continuous Improvement sangatlah fenomenal. Sebegitu dasyatnya Filosofi yang berasal dari negeri Sakura ini sampai sampai hampir semua manufacturing ingin mengimplementasikan konsep ini bahkan tidak hanya di manufacturing tetapi sudah merambah di dunia non manufacturing seperti office, bank, hospital, restaurant, dsb.
Pertanyaan selanjutnya dan juga sering ditanyakan kepada saya adalah area mana sajakah yang dapat dilakukan Kaizen dan harus dimulai dari area mana?. Dibawah ini telah saya buatkan satu gambaran yang memudahkan kita untuk menentukan area mana yang dapat dilakukan Kaizen serta tools apa yang cocok untuk digunakan.
5S dan 7 Waste adalah Tools dasar dan utama dalam menjalankan TQM serta Productivity Improvement. Pemahaman dan Skill yang tinggi tentang 5S dan 7 Waste akan memudahkan kita untuk menjalankan Kaizen dan TQM.
Di bidang Mesin, tools kaizen yang dapat digunakan adalah TPM (Total Preventive Maintenance) dan Integrated Maintenance System. TPM adalah pondasi utama untuk meningkatkan performance mesin. Dengan Performance mesin yang tinggi maka produktivitas akan naik. Salah satu point penting dalam TPM adalah konsep perhitungan OEE (Overall Effectiveness Efficiency) dimana dalam konsep ini segala macam loss (termasuk defect) dimasukkan dalam perhitungan performance mesin.
Integrated Maintenance System adalah suatu konsep maintenance yang menggali konsep maintenance apa yang paling cocok untuk diaplikasikan pada area industri. Karena setiap industri mempunyai keunikan tersendiri terhadap sistem maintenance yang cocok untuk diterapkan.
Di area produksi kita dapat menjalankan Gemba Kaizen untuk menyingkat waktu proses dari setiap proses yang terjadi di area produksi. Line Balancing dan Man Machine Chart akan membawa kita ke proses yang paling maksimum didalam memadukan antara jumlah operator dengan output yang dihasilkan.
Productivity Improvement adalah salah satu management kontrol yang dijalankan pada area produksi agar target yang telah ditentukan dapat tercapai secara konsisten dari hari ke hari.
Dijenjang lebih tinggi, implementasi Just In Time (JIT) akan dapat membawa kita ke proses produksi yang semakin smooth / lancar, artinya Inventory level di setiap proses menjadi lebih rendah yang pada akhirnya akan dapat menekan Inventory Cost Perusahaan yang bermuara pada kebutuhan Cash Flow yang lebih rendah / sedikit.
Management Operating System (MOS) adalah Kaizen yang diterapkan untuk meningkatkan Integrasi antar Proses / Departemen sehingga menjadikan suatu pola yang terintegrasi antara produksi dan departemen penunjang lainnya seperti Purchasing, PPIC, Maintenance, dll.
Implementasi Value Stream Mapping (VSM) akan melihat proses Kaizen dalam kacamata company level sehingga hasil Kaizen di tingkat bawahnya (departemen / proses) dapat di integrasikan antara proses / departemen satu dengan departemen / proses lainnya sehingga disinilah mulai kelihatan hasil Kaizen dalam skala besar (company level).
Dalam beberapa kasus, konsep VSM juga sering diimplementasikan pada proses Kaizen di departemen non produksi seperti Purchasing, PPIC, GA & HRD, dll
Manufacturing Cost Improvement adalah salah satu model pembelajaran yang diperuntukan untuk level manager keatas. Objective dari pembelajaran ini adalah setiap manager memahami tentang Cost Structure dari product yang dibuat sehingga diharapkan kinerja antara manager yang satu dengan manager yang lain dapat saling mengisi sehingga Cost Structure suatu produk dapat di maintain dan bahkan diperkecil sehingga Profit Ratio dari produk tersebut dapat ditingkatkan.
Demikian ulasan saya tentang Kaizen yang diterapkan di dalam industri. Semoga dapat membantu kita dalam memahami tentang Kaizen.

Penjara Pikiran

Suatu hari ada seekor belalang yang terjebak dalam sebuah kotak, hingga beberapa lama ia tetap berdiam di kotak tersebut, melompat lompat dan berharap untuk dapat keluar. Tiba-tiba kotak tersebut terhempas oleh angin yang cukup kencang sehingga sang belalang dapat bebas berloncat-loncat riang di alam bebas.

Saat menikmati kebebasannya tiba-tiba belalang tersebut melihat belalang lain yang serupa dengannya namun dapat melompat lebih tinggi dan sangat cepat. Di hampirilah belalang tersebut dan sang belalang yang bigung bertanya. “Kenapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih cepat, padahal kita dari jenis yang sama dan umur kita tidak jauh berbeda”.

Belalang itupun menjawab, “Kau tinggal dimana selama ini ? Setiap belalang liar yang hidup di alam bebas pasti dapat lompat setinggi dan secepat ini”

Saat itulah si belalang yang telah terkurung beberapa lama di kotak menyadari bahwa selama ini lompatannya hanya setinggi kotak yang ia tinggali. Ia pun mencoba melompat lebih tinggi dan penuh optimis untuk dapat meloncat lebih cepat.

Seringkali kita sebagai manusia terkekang oleh pemikiran semu di dalam kotak yang hanya ada dalam pikiran kita yang membuat kita tidak dapat melompat lebih tinggi, meraih keberhasilan yang lebih besar maupun merasa tidak mampu mewujudkan impian kita.

Hinaan, lingkungan yang buruk, dan trauma di masa lalu membentuk keterbatasan kita dan membangun penjara pikiran yang menghambat kita meraih kesuksesan.

Sebagai manusia yang memiliki akal hendaknya kita selalu dapat berjuang, tidak mudah menyerah dan bekerja sebaik mungkin untuk meraih impian kita dengan penuh optimis.

# Dengan kesungguhan hati dan kerja keras, setiap tantangan yang dilalui pastilah akan terbayar dengan kesuksesan yang akan kita raih. Hiduplah dengan segala pilihan yang kita pilih sendiri, bukan dengan pilihan yang dipilihkan orang lain untuk diri kita.


___
_milist tci, sent from: gazi.proaktif@yahoo.co.id_

Friday, November 23, 2012

Paus Benediktus XVI: Penanggalan Kristen Salah, Perayaan Natal Keliru

Hidayatullah.com—Menurut pimpinan tertinggi umat Kristen Katolik sedunia Paus Benediktus XVI, seluruh penanggalan Kristen berdasarkan pada perhitungan yang salah. Dan tanggal kelahiran Yesus yang dipercayai selama ini juga keliru, katanya dalam buku yang baru diterbitkannya.

“Kesalahan” itu dilakukan oleh seorang rahib abad ke-6 Masehi bernama Dionysius Exiguus atau juga dikenal sebagai 'Dennis the Small', kata Paus Benediktus XVI dalam buku “Yesus of Nazareth: The Infancy Narratives” yang dirilis hari Rabu (21/11/2012).

“Perhitungan awal dari kalender kita –berdasarkan pada kelahiran Yesus– dibuat oleh Dionysius Exiguus, yang membuat kesalahan dalam perhitungannya sebanyak beberapa tahun,” tulis Paus, yang mencetak perdana bukunya sebanyak 1 juta eksemplar untuk dijual ke seluruh dunia.

“Tanggal lahir Yesus yang sebenarnya lebih awal beberapa tahun,” tulisnya dibuku itu, sebagaimana dikutip The Telegraph.

Pernyataan bahwa kalender Kristen didasarkan pada premis yang salah, bukanlah hal baru. Banyak sejarawan yang sudah menyatakan Yesus diyakini lahir antara tahun 7SM dan tahun 2SM (Sebelum Masehi).

Namun, fakta bahwa pernyataan kekeliruan penanggalan Kristen yang dipakai sekarang ini dikemukakan oleh seorang tokoh Kristen paling terkemuka sedunia, pemimpin 1 juta umat Katolik, adalah suatu hal yang sangat menyolok mata, kata The Telegraph.

Dennis the Small yang dilahirkan di Eropa Timur, dianggap sebagai “penemu” kalender moderen dan konsep era Anno Domini yang dipakai dunia sekarang ini.
Dia membuat sistem kalender yang berbeda dengan yang dipakai pada saat itu, yang berdasarkan pada tahun naik tahtanya Kaisar Romawi Diocletian.

Oleh karena Diocletian pernah membantai orang-orang Kristen, maka hal itu dijadikan alasan oleh rahib itu untuk membuang sistem penanggalan Romawi tersebut dan menerapkan sistem penanggalan baru yang dibuatnya berdasarkan tanggal kelahiran Yesus.

Sistem penanggalan yang dibuat Exiguus tersebut lantas diterima di Eropa setelah dipakai oleh Venerable Bede, rahib sekaligus sejarawan, untuk menandai tanggal peristiwa penting dalam karyanya “Ecclesiatical History of English People” yang selesai digarap tahun 731M.

Namun, bagaimana sebenarnya cara Exiguus alias Dennis membuat perhitungan kalender berdasarkan kelahiran Yesus, hal itu juga tidak jelas. Paus Benediktus XVI mengaku, setelah berkonsultasi dengan banyak cendikiawan dia berkeyakinan bahwa Exiguus membuat kesalahan.

Bibel tidak menyebutkan dengan jelas tanggal kelahiran Yesus. Exiguus kelihatannya mendasarkan perhitungannya pada referensi tidak pasti tentang usia saat Yesus memulai misinya dan fakta bahwa dia dibaptis pada masa kekaisaran Tiberius.


Tradisi Natal dari Pagan

Dalam bukunya, Paus Benediktus XVI mempertanyakan materi-materi yang muncul dalam tradisi perayaan Natal, seperti rusa, keledai dan binatang-binatang lainnya dalam kisah kelahiran Yesus, yang menurutnya sebenarnya tidak ada.
Paus Benediktus XVI juga mengangkat perdebatan mengenai tempat kelahiran Yesus, yang menurut sebagian orang di Nazareth dan sebagian lain di Betlehem (Bait Lahim), yang keduanya terletak di Palestina.

Penyataan tentang kekeliruan penanggalan Kristen diperkuat oleh John Barton. Menurut profesor pakar tafsir naskah-naskah suci Kristen di Oriel College, Universitas Oxford, itu kebanyakan akademisi sepakat dengan Paus bahwa kalender Kristen salah, dan bahwa Yesus dilahirkan beberapa tahun lebih awal dibanding yang disangka orang selama ini. Kemungkinan, kata Barton, Yesus dilahirkan antara tahun 6SM dan 4SM.

“Di Bibel tidak ada refensi yang menyebukan kapan dia dilahirkan –semua yang kita tahu hanyalah dia dilahirkan pada masa Herod yang Agung, yang wafat sebelum 1M,” katanya Barton kepada Daily Telegraph. “Sudah sejak lama diduga bahwa Yesus dilahirkan sebelum 1M. Tidak seorang pun yang tahu kepastiannya.”

Pemikiran bahwa Yesus dilahirkan pada 25 Desember juga tidak memiliki basis fakta sejarah. “Kami bahkan tidak tahu pada musim apa dia (Yesus) dilahirkan. Semua pemikiran tentang perayaan kelahirannya selama masa paling gelap dari sepanjang tahun, kemungkinan berkaitan dengan tradisi pagan dan titik balik matahari di musim dingin.” jelas Barton.*

Source: Click Here

Tuesday, October 30, 2012

Menentukan Hari dari Tanggal di Excel

Salam belajar,

Setelah agak sedikit lama tidak update di menu excel ini, mari berjumpa kembali bersama saya di trik sederhana pada formula MS Excel.

Kali ini kita membahas tentang hari dan tanggal di sheet excel. Misalnya anda menemukan data berikut di excel: 17/08/1980 (baca: Tujuh Belas Agustus 1980. Lalu Anda ingin mengetahui, jatuh pada hari apakah di tanggal tersebut? Anda tidak perlu melihat kalender di tahun tersebut untuk menentukan harinya; repot banget kalo hatus bolak bailk kalender bertahun-tehun :). So? Cukup dengan 2 cara sederhana saja, maka Anda akan bisa tentukan langsung hari apa di tanggal tersebut.

Berikut penjelasannya:

Cara 1. Ubah format sel tersebut. Klik-kanan sel tadi, Format Cells. Pilih Custom di Category dan tulis “dddd” (tanpa tanda petik) di Type. Nama hari pada tanggal tersebut akan muncul di sel yang sama. Jika ingin nama hari muncul di sel yang lain, Anda tinggal menyalin sel yang berisi tanggal tadi ke sel baru lalu mengganti format selnya seperti di atas.

Cara 2. Misalkan sel yang berisi tanggal ada di A1. Anda bisa menulis formula ini di sel lain: =TEXT(A1,"dddd").

Selamat mencoba.
Semoga bermanfaat.

Tuesday, October 23, 2012

13 Aturan Sukses Joe Girard

Hari ini, kita akan belajar dari seorang tokoh penjualan nomor satu di dunia, yaitu Joe Girard. Beliau adalah salesman terhebat didunia. Bagi banyak orang, menjual satu mobil sehari saja sudah cukup sulit. Tetapi Joe Girard, pada masa kejayaannya, konon mampu menjual 6 mobil sehari … Bayangkan, 6 mobil sehari …
 
Tidak berlama-lama lagi, mari kita lihat 13 Aturan Sukses dari Joe Girard, salesman terhebat di dunia …
 
1. Simpanlah masalah Anda untuk diri Anda sendiri dan buatlah orang-orang percaya bahwa Anda memiliki waktu yang indah.
 
2. Aturlah Hidup Anda, simpanlah janji-janji Anda dalam sebuah buku janji, sehingga Anda tidak perlu menggunakan kata-kata yang menyakitkan seperti: "SAYA LUPA." Pada akhir setiap hari, tuliskan apa yang Anda telah lakukan dan rencanakanlah kerja Anda untuk hari berikutnya. Jika Anda tahu kemana Anda pergi, maka Anda akan tiba di sana .

3. Bekerjalah ketika Anda bekerja, jangan mengambil jam makan siang yang lama atau bermain golf ketika Anda harus bekerja. Makan dengan orang yang dapat membantu Anda mencapai tujuanmu, bukan dengan rekan kerja.
 
4. Berpakaianlah semestinya; Apa jenis orang yang Anda hadapi. Jika Anda menjual kepada pekerja kerah biru, janganlah memakai jas seharga Rp. 5 juta, sepatu mahal, perhiasan atau jam tangan. Pakailah ketika Anda sedang sendiri, bukan ketika Anda bekerja - pakaian dapat membuat orang lain menjauh.
 
5. Amati Tidak-Tidak dari Girard; Tidak merokok atau mengunyah tembakau atau permen karet, tidak ada cologne, tidak ada lelucon senonoh atau kotor, dan para pria tidak memakai anting-anting ketika sedang bekerja. Matikan ponsel - mereka menjengkelkan. Pembunuh terbesar dari semuanya adalah TIDAK TEPAT WAKTU.
 
6. DENGARKAN! Orang bisa mengetahui jika Anda tidak mendengarkan. Semakin lama Anda mendengarkan, semakin banyak orang akan merasa terikat dengan Anda. Semakin Anda mendengarkan, semakin besar kemungkinan pelanggan akan melakukan bisnis dengan Anda. Mendengarkan menunjukkan bahwa Anda peduli. "Mulut seharusnya hanya digunakan untuk makan - tutup mulut besarmu!"

7. Tersenyumlah! Senyum meningkatkan nilai nominal Anda. Jika seseorang tersenyum lebih banyak, mereka akan merasa lebih baik dan membuat pelanggan mereka merasa ingin melakukan bisnis dengan mereka.

8. Jagalah sikap positif; bergaullah dengan orang positif. Jauhilah dari para penentang atau orang  cengeng yang suka mengeluh. Jika ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup Anda, Simpanlah untuk diri sendiri - tidak ada yang mau mendengar masalah Anda.
 
9. Jawablah semua panggilan telepon dan email. Tidak menjawab panggilan telepon dan email adalah cara untuk kehilangan pelanggan dan teman-teman. Jawablah panggilan dan email sesegera mungkin.
 
10. Katakan kebenaran. Jika Anda tertangkap dalam kebohongan, bahkan hanya sekali, Anda selalu akan dianggap pembohong. Bahkan jika Anda mengatakan kebenaran untuk sisa hidup Anda, Anda tidak akan dipercaya.
 
11. Jangan menjual terlalu mahal. Jika Anda melakukannya, dan pelanggan membandingkan kesepakatan Anda dengan orang lain, Anda akan kehilangan dia. Ambil sedikit dan tinggalkan sedikit; Joe hanya bekerja pada keuntungan kecil, tetapi besar pada volume, rata-rata enam penjualan mobil ritel sehari. Pembicaraan beredar dari mulut ke mulut bahwa Anda tidak bisa mengalahkan harga Joe Girard.
 
12. Berdirilah di depan produk atau layanan Anda, bukan dibelakangnya. Hal paling penting yang perlu Anda lakukan untuk pelanggan Anda adalah melayani mereka, dan mereka akan melakukan bisnis dengan Anda lagi dan lagi.
 
13. Belajarlah dari penjualan setiap hari; Ketika orang memberitahu Anda mengapa mereka melakukan bisnis dengan Anda, mereka memperkuat kepercayaan mereka pada Anda. Anda belajar tentang hal-hal yang mereka sukai dan apa yang mereka tidak suka dan jika mereka menyukai Anda, mereka akan melakukan bisnis dengan Anda selamanya.

Track record Joe Girard berbicara untuk dirinya sendiri, sebagai dosen internasional, penulis buku terlaris perbaikan diri, dan Penjual Terbesar di Dunia, dan juga Joe Girard adalah sorang pembicara yang hebat.
 
From the professional and enterpreneur club.

Wednesday, October 10, 2012

Nilai Berharga Seikat Bunga

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum.

Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata,

"Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak,karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!"

Penjaga kuburan itu menganggukkan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.

Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan
itu sambil berkata, 
" Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya."

"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu.

"Apa, maaf?" tanya wanita itu dengan gusar.

"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang.

Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih.
Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka
dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya," jawab pria itu.

Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.

Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.

"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. 
Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu.
Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal.

Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia.

Sampai saat ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!"

Renungan :
Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena
mengasihani diri sendiri akan membuat kita
terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang
mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu
dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong
diri sendiri.


*kiriman dari sales.lifeexcellent@gmail untuk milis trainersclub.

Gantungkan Cita-citamu Setinggi Langit

Semboyan di atas dicetuskan oleh Presiden Soekarno - presiden pertama Republik Indonesia – dan menjadi populer sampai sekarang ini. Semboyan tersebut nyatanya memang sejalan dengan kecenderungan orang-orang modern yang membangun cita-cita dengan mengacu pada figur orang-orang terkemuka di dunia. Demikian juga dalam dunia usaha, para pendamba kesuksesan mengambil tokoh-tokoh idolanya dari sosok-sosok seperti Bill Gates, Donald Trump, Ciputra, Bob Sadino dan lain-lain. 
Di seminar-seminar, tokoh-tokoh bisnis diundang dan dijadikan narasumber yang bercerita tentang kisah perjuangan dan kesuksesan masing-masing. Peserta sangat senang, terbius bahkan tersihir ketika mendengar kisah-kisah perjuangan dan kisah-kisah sukses para narasumber tersebut. Sebagai pendamba kesuksesan, mereka jadi terobsesi, dan dengan serta merta semangat mereka pun terbangkitkan menyala-nyala, ingin segera meniru dan mengikuti jejak sang idola.
Tapi, pada kenyataannya, banyak orang kesulitan untuk mengimplementasikan apa yang mereka dapatkan dari sang narasumber, yang nota bene berpredikat sebagai konglomerat, pengusaha besar atau bisnismen sukses. Kenapa? Karena sesungguhnya, para peserta seminar bukan termotivasi karena tertarik dengan beratnya penderitaan serta kerasnya perjuangan para narasumber, tapi mereka lebih tergiur dengan dengan kondisi tokoh-tokoh sukses yang saat sekarang sudah menjadi kaya, hidup nyaman serta dihormati orang banyak. 
Selain itu, kisah-kisah perjuangan dan kerja keras sang narasumber sekian puluh tahun silam, sudah menjadi masa lalu yang tidak lagi nyata. Sama seperti sebuah dongeng kepahlawanan yang meski pun seru mendebarkan, namun serasa tidak pernah terjadi. Para pemula tidak bisa melihat dan mencontoh kerja keras panutannya di masa lampau, karena sekarang orang-orang itu sudah tidak lagi bekerja keras secara fisik. Paling-paling hanya rapat, telpon sana telpon sini, tanda tangan dan kasih instruksi. Apa yang bisa dicontoh dari mereka? 
Nah, kalau mau realistis, lupakan nama-nama besar yang menjadi narasumber kesuksesan itu. Lupakan Bill Gates, Donald Trump, Ciputra, Bob Sadino atau siapa pun. Kita tidak perlu menjangkau bintang-bintang di langit. Karena untuk saat ini, hal itu akan sama halnya dengan "Si Pungguk Merindukan Bulan". Cukup lihat sebatang pohon kelapa, lihat seberapa tinggi buahnya, lalu cobalah mulai memanjat. Kalau masih takut, belajar dulu dari orang sekitar. Banyak kok yang pintar panjat kelapa.

Dengan analogi yang sama, kalau mau berwirausaha secara realistis yang dimulai dari sebuah perjuangan, kita tidak memerlukan narasumber yang hidupnya sudah serba glamor sekarang. Tak ada yang bisa dipelajari secara real.

Sebaliknya, coba saja datang ke sebuah pasar tradisional. Di sana banyak pelaku usaha yang benar-benar kasat mata, yang sungguh-sungguh kerja keras. Mulai dari kelas emperan, gerobakan, warungan, pemilik kios, grosiran sampai toko besar. Kenalanlah dengan mereka, ajak ngomong, tanya suka-dukanya, tanya berapa penghasilan mereka dan kalau perlu ikut bantu pekerjaan mereka.

Kalau Anda saat ini mungkin seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta, jangan terkejut kalau melihat bahwa penghasilan seorang pedagang kelontong di pasar dalam satu hari, ternyata hampir sama dengan penghasilan Anda di kantor selama sebulan.

Itu semua nyata. Penghasilannya nyata, pekerjaannya juga nyata, dan suka-dukanya pun nyata, bukan kisah masa lalu. Kalau kita memang serius ingin berwirausaha, tentu layak sekali kita belajar dari mereka. Karena mereka pelaku yang nyata. Yang masih berada dalam tataran berjuang meraih masa depan yang lebih cerah. Dan kita dapat menyaksikan dan merasakan sendiri serta mencontoh langsung apa-apa yang dialami dan apa yang harus dikerjakan.

Bung Karno memang benar dengan semboyannya: "Gantungkan cita-citamu setinggi langit". Namun untuk kita yang ingin meriintis perjuangan sebagai wirausahawan, semboyan itu dapat kita lengkapi menjadi: "Gantungkan cita-citamu setinggi langit, lalu mulailah memanjat pohon kelapa..!" (rh).

Rusman Hakim
Pengamat, Praktisi dan Konsultan Kewirausahaan
Email: rusman@media-wirausaha.com, rusmanjh@yahoo.com

Wednesday, September 26, 2012

Telaga Hati vs Garam Kehidupan


Seorang pemuda yang tampak sedang gundah gulana duduk termenung di sudut pasar kampung itu. Seseorang yang memperhatikannya dari tadi mendekati dan bertanya, ‘Ada masalah apa kiranya dek, hingga terlihat sangat muram begitu?’.

Karena tidak merasa akan ada orang yang memperhatikan dan bertanya kepada dirinya, si pemuda tampak sedikit terkejut. Dia melihat sosok yang bertanya tadi,  ternyata seorang pria tua yang tampak dari gayanya adalah seorang musafir yang kebetulan berhenti di pasar tersebut.

‘Ah bapak, kaget saya pak’ kata si pemuda. ‘Iya pak, saya sedang menghadapi masalah yang cukup pelik pak, berat sekali rasanya’ lanjutnya. ‘Emang kenapa?’ Tanya pak tua tersebut. ‘Rumit dan berat pak masalah  saya’.  dan terimakasih banget kalo bapak bersedia mendengar curhat saya pak’, timpal si pemuda.  Belum sempat si pak tua mengiyakan atau menidakkan kesediaannya untuk mendengar cerita si pemuda tersebut, langsung saja si pemuda mengadukan masalahnya.

‘Oops, tunggu dulu dek’, kata si pak tua. ‘Mohon maaf sekali, bukannya bapak tidak mau mendengar, tapi bapak ingin segera melanjutkan perjalanan pulang ke rumah karena sebentar lagi senja menjelang. Sekedar titip pesan saja, jika masalah adek masih belum selesai hingga esok pagi, bapak bisa sarankan adek untuk  menemui seseorang di puncak bukit kedua ke arah Barat kampung ini. Siapa tahu ada seseorang yang bisa membantu adek di sana’, jelas si pak tua.

Keesokannya, ternyata si pemuda  masih risau dan galau juga akan masalah yang dihadapinya. Ingat pesan si pak tua kemarinnya, maka ia putuskan untuk berangkat ke puncak bukit yang diarahkan oleh si pak tua tersebut. Berangkatlah si pemuda naik bukit, dengan harapan masalahnya bisa diselesaikan.

Bayang-bayang pohon berada persis di bawahnya barulah sampai si pemuda tersebut di puncak bukit. Sayup-sayup adzan Dzuhur terdengar dari mushola kampung bawah. Ditemuinya ada sebuah pondok kecil nan asri bertengger tepat membelakangi pinggir telaga tenang di puncak bukit tersebut.

Dihampirinya pondok nan asri itu, tidak terlihat tanda-tanda ada penghuninya. Sempat terpikirkan oleh si pemuda mungkin saja tidak ada penghuninya, tapi pondoknya terlihat sangat bersih dan terawat. Sedang asyik mengamati pondok, si pemuda terkaget bukan kepalang karena ada yang menyentuh pundaknya dari arah belakang. Begitu menoleh ke belakang, ternyata sosok yang mengagetkannya itu tidak lain tidak bukan adalah pak tua yang ditemuinya di pasar kemarinnya. Ya, pak tua tersebut memang pemilik pondok asri di bukit nan hijau itu. Pak tua baru saja mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat Dzuhur.  

‘Akhirnya kamu datang juga’, kata si pak tua. ‘Iya pak, saya minta bantuan agar saya tetap tenang menghadapi semua masalah pak’ kata si pemuda setengah merengek cengeng.

Karena pak tua bertindak sebagai tuan rumah, ia mempersilakan si pemuda masuk pondoknya. Mereka sholat berjamaah. Selesai sholat, pak tua menyiapkan 2 buah gelas kosong.

Pas banget, saya memang sangat haus’, si pemuda berbisik sendiri melihat pak tua menyiapkan gelas tersebut. Sesaat kemudian pak tua mengambil teko berisi air dan sebuah guci tanah liat tempat menyimpan semacam butiran putih. ‘Mungkin isinya gula pasir,’ pikir si pemuda. 

Pak tua menuangkan air ke satu gelas hingga penuh, dan langsung meminumnya. Dan mempersilakan si pemuda juga untuk menuangkan air minum untuk dirinya sendiri. Setelah si pemuda mendapatkan gelasnya penuh terisi air, dan segera siap melenyapkan rasa dahaganya di siang  yang cerah itu. Namun, belum juga tangannya setinggi dada dengan mendekatkan gelas ke mulutnya. si pak tua menyuruhnya berhenti. 

Tahan dulu dek, ini ada bubuk bagus untukmu’, lalu si pak tua merogoh isi guci tanah liat yang dibawanya tadi dan mengeluarkan tangannya dengan genggaman penuh bubuk putih.’ Kemudian dimasukkannya ke dalam gelas si pemuda, diaduknya sebentar dengan sendok batang kelapa yang memang dari tadi ada di tatakan dekat mereka duduk lesehan di pondok itu. ‘Silakan diminum dek,’ pintanya ke si pemuda.

Dan, byyuuuurrr, si pemuda refleks menyemburkan minumannya, karena merasakan rasa aneh, asin sangat dan campur pahit di minuman dengan bubuk putih itu. ‘Apa ini pak?’ sergap si pemuda ke pak tua. Dengan tenangnya pak tua menjawab, ‘Segelas air dengan segenggam garam!’.

Ya Tuhan, ini bapak tega sekali kasih saya minum air segelas dengan segenggam garam begitu’, keluh si pemuda’.  Tanya pak tua, ‘Gimana rasanya dek?’. ‘Ya pake tanya-tanya lagi, bukannya minta maaf’, pemuda memberondong pak tua dengan omelannya. ‘Jelas-jelas asin campur pait banget’, omelannya dalam hati’.

Tidak selesai di situ, pak tua tampaknya memberikan suatu pelajaran yang bernilai buat si pemuda. Disuruhnya pemuda ke belakang pondok untuk mengambil beberapa karung garam yang tersusun di kolong pondok, dan memintanya menuangkan garam-garam itu ke dalam telaga yang memang berada di belakang pondok. Setelah itu disuruhnya pemuda mengaduk-aduk telaga yang cukup luas itu dengan pengayuh perahu yang tertancap di pinggir telaga jernih tersebut.

Setelah merasa cukup teraduk, pak tua meminta si pemuda mengambil air telaga itu segelas penuh, dan menyilakan pemuda untuk meminumnya. ‘Wooww segeeer sekali pak, rasanya dingin menenangkan, sangat alami, tidak terasa asin sedikitpun’ kata si pemuda.

‘Nah demikianlah pelajaran kehidupan untuk mu di siang ini dek’, kata pak tua. ‘Garam itu adalah masalah kehidupan, dan wadah itu adalah luasnya hatimu, sementara airnya adalah keadaan keseharianmu. Ketika masalah kehidupanmu hanya segenggam, tapi kau simpan dalam hati yang hanya seluas gelas, maka rasanya sangat asin dan campur pahit. Tapi kalaupun ‘garam’ atau masalah kehidupanmu berkarung-karung, tapi kau bisa menyiapkan hatimu seluas telaga atau lebih untuk menampung masalah itu maka air kehidupanmu tetap saja terasa jernih dan enak.’

‘Kini kembalilah ke kampung mu, ke kehidupan nyata mu, biarlah berkarung-karung garam kehidupan itu datang, kau akan tetap bisa menikmati air kehidupanmu dengan enak karena keluasan wadah hatimu. jadi bukan banyak garamnya yang jadi masalah, tapi keluasan hati kitalah yang jauh lebih penting. Sementara itu saja dulu bekal dariku’, tutup pak tua di penjelasannya yang sangat filosofis itu.

Si pemuda pun turun bukit dan kembali ke kampungnya. Sejak itu si pemuda berubah menjadi pemuda yang periang, selalu semangat dan penuh percaya diri dalam mengarungi kehidupannya.
***

Semoga kisah penuh hikmah ini dapat menginspirasi kita untuk bisa memiliki keluasan telaga hati tak berbatas. Semoga Allah menguatkan. Aamiin.
Jakarta, Sept 26, 2012.
Picture is powered by google

Wednesday, September 19, 2012

Seindah Sahabat Mencintai Rasulullah: Detik Terakhir

Genderang perang sebentar lagi ditabuh. Badar tak lama lagi akan berkecamuk. Sang Rasul, bergegas menyiapkan pasukan kaum muslimin. Inspeksi pun dimulai. Sambil memegang sebuah anak panah, panglima kaum muslimin itu pun memeriksa pasukan, satu persatu.

Tibalah beliau di hadapan Sawwad bin Ghazyah. Posisi tubuhnya agak melenceng dari barisan. Dia tidak berbaris rapi. “Luruskan barisanmu, wahai Sawwad!” Hardik Rasul sambil memecutkan anak panah di genggamannya ke perut Sawwad.

“Wahai Rasulullah!” sergah Sawwad, “Engkau telah membuat perutku kesakitan,” akunya “Dan bukankah Allah telah mengutusmu dengan kebenaran dan keadilan. Biarkan aku membalasmu.” pinta Sawwad kepada Rasul. Sontak, semua sahabat yang mendengar ucapan Sawwad ini terkaget. Selancang inikah Sawwad kepada Rasul yang mereka cintai?

Tapi Rasul tak berpikir panjang. Beliau singkapkan bagian pakaiannya. Tampak putih kulit perutnya.     “Silakan, balaslah!” tegas sang Rasul mempersilakan Sawwad membalas pukulan ke perutnya.

Hati para sahabat berdebar-debar. Pikiran mereka disesaki seribu tanya. Sedemikian nekadnya kah Sawwad? Apa yang ia pikirkan hingga ingin melakukan perbuatan terkutuk itu? Bukankah Rasul adalah komandannya dan pemimpin mereka di medan tempur? Dan bukankah pukulan ke perutnya itu adalah ganjaran atas ulah kecerobohannya? Ah, mana mungkin kekasih pilihan mereka ini akan disakiti. Hati mereka seakan berontak. Tapi apa daya, Sang Rasul telah mengambil putusan. Dan Sawwad pun sedang mengambil ancang-ancang.

Saat pikiran para sahabat mulia itu masih berkecamuk dengan sejuta tanya. Secepat kilat Sawwad menyergap perut Sang Rasul. Dipeluknya tubuh manusia termulia itu. Diciumnya halus kulit Hamba dan utusan Allah yang dia cintai. Beraur haru, para sahabat semakin terheran.

“Apa yang mendorongmu melakukan hal seperti ini, hai Sawwad!” tanya Rasul setelah beliau menyaksikan apa yang dilakukan Sawwad.
“Wahai Rasulullah!” Jawab Sawwad, “Engkau telah menyaksikan apa yang kau lihat. Aku ingin di detik terakhirku membersamaimu, kulitku bisa menyentuh kulit (tubuhmu).” aku Sawwad blakblakan namun penuh ketulusan.

Para sahabat terharu. Mereka baru mengerti apa yang diinginkan Sawwad. Maka mengalirlah do’a-do’a Rasulullah untuk keberkahan sahabatnya yang unik ini. Tanpa terasa, apa yang dilakukan Sawwad telah menyirami komitmen mereka untuk mencintai rasul-Nya. Seperti inilah para sahabat mencintai Rasulullah. Adakah kita mencintainya setulus sahabat mencintainya?

Kisah ini bersumber dari atsar yang diriwayatkan Ishak dari Ibnu Hibban dari Was’i dari para syekh kaumnya. Dan dinukil Syekh Walid al ‘Adzami dalam bukunya Ar Rasuul Fii Quluubi ash haabihii yang diterjemahkan (dengan sedikit tambahan redaksional) oleh Ufuk Islam. Beberapa referensi yang bisa dijadikan rujukan tentang kisah ini: Sirah Ibnu Hisyam (jilid 2 halaman 279-280), Tarikh At Thabari (3/1319), Al Isti’ab (2/673) dan beberapa referensi lainnya.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/18334/seindah-sahabat-mencintai-rasulullah-detik-terakhir/#ixzz26u6Hz0Ip
 dari milist PKPU

Mari Bercerita untuk Anak Kita

Saya punya seorang paman, kami menyebutnya Oom. Adik dari ibu. Semasa kecil saya pernah punya kenangan indah dengan beliau. Waktu itu saya masih TK, bayangan samar-samar kejadian itu masih membekas hingga sekarang.
Oom kami adalah seorang lelaki yang rajin bercerita. Berbeda dengan bapak dan ibu. Saya ingat, hampir setiap hari selalu saja ada deretan cerita yang mengalir dari bibirnya. Entah cerita dongeng, cerita rakyat atau cerita sahabat nabi. Caranya bercerita sederhana, tidak seperti pendongeng yang terkenal. Tapi bagi saya yang masih kanak-kanak, itu adalah sebuah kenangan yang membekas hingga kini.
Jaman kemudian berubah, terpaan teknologi bagai badai padang pasir. Begitu deras dan masuk ke rumah-rumah kita. Anak-anak tak lagi nyaman duduk di pangkuan orang tuanya karena toh ada banyak hal yang bisa membuat mereka duduk tenang di depan kotak bernama televisi. Film kartun, film dari DVD, games dari playstation atau bahkan sinetron yang belum tepat untuk mereka. Semua jadi pengganti untuk sesuatu yang dulu bernama “keintiman”
Orang tuapun sama. Waktu menjadi sesuatu yang sangat berharga, berharga dalam artian yang berbeda. Berharga karena dinilai dengan uang. Setiap detik adalah uang. Setiap menit adalah rupiah. Orang tua kemudian lebih memilih meluangkan banyak waktu mereka untuk bekerja menggenapkan pundi-pundi rupiah, ketika ada waktu yang tersisa mereka tak akan melewatkannya begitu saja. Istirahat adalah pilihan. ?Toh, anak-anak juga sudah asyik dengan dunia mereka.
Sekitar seminggu yang lalu saya mendapat email dengan judul Surat Dari Takita. Surat ini mugkin hanya surat rekaan, tapi makna yang ada dalam surat ini sungguh dalam. Surat yang menyiratkan keinginan seorang bocah untuk mendengar cerita dari orang tuanya. Tak perlu cerita dongeng, karena intinya memang bukan itu. Cerita apa saja yang dilontarkan orang tuanya adalah sebuah hal yang sangat bermakna untuk sang anak.
Berikut saya salinkan surat dari Takita.
Selamat pagi bunda! Selamat pagi ayah! Selamat pagi kakak semua!
Takita ingin cerita ke ayah, bunda dan kakak semuanya. Ehm sebenarnya sih surat dari Takita sudah diperbaiki oleh kakak-kakak dari Indonesia Bercerita. Jadi bagus hihi. Tapi sama saja kok maksudnya
Takita punya mimpi, kita bisa mendengar ayah bunda bercerita setiap masuk rumah dimana pun di Indonesia. Ada teriakan dan tawa anak-anak. Kita bisa mendengar suara keras ayah yang pura-pura jadi jagoan. Kita bisa mendengar suara lembut bunda yang pura-pura jadi ibu suri
Takita percaya, keluarga yang penuh kasih sayang itu membuat kami bisa belajar dengan senang. Takita percaya kasih sayang itu ada ketika ayah bunda bercerita. Itu tandanya ayah bunda perhatian pada kami. Takita juga suka bercerita. Takita senang kalau ayah bunda mendengarkan.
Mengapa suka bercerita? Takita suka sekali mendengar cerita dari ayah bunda. Takita jadi tahu banyak cerita. Ada yang menakutkan. Ada yang menyenangkan. Ada petualangan seru.
Dari cerita ayah bunda, Takita belajar kata-kata baru. Ketika ayah bunda bercerita, Takita sering bingung maksudnya. Takita tahu sih kadang mereka gemes. Ayah bunda menjelaskan dengan sabar ke Takita.
Dari cerita ayah bunda, Takita jadi tahu banyak kesulitan. Ketika ayah bercerita Kambing Hitam Putih, Takita jadi tahu sedihnya Hita. Iya Hita sedih karena tidak ada yang mau berteman dengannya. Takita tahu bagaimana caranya Hita akhirnya bisa bersahabat baik dengan Pito. Mungkin Takita hanya paham sedikit, tapi Takita belajar dari cerita ayah bunda.
Ayah bunda pernah cerita ke Takita, banyak anak yang tidak pernah mendengar ayah bundanya bercerita. Mungkin mereka sibuk bekerja. Tapi Takita jadi sedih. Takita sedih, bagaimana kalau teman-teman Takita juga seperti itu. Takita tidak mau itu terjadi. Takita ingin teman Takita bisa mendengar ayah bundanya bercerita.?
Ayah bunda, kakak semua, itulah mimpi Takita. Kita semua senang bercerita. Takita ingin sekali mimpi ini jadi kenyataan. Takita percaya ayah bunda menyayangi kami. Takita percaya banyak kakak yang peduli pada kami, anak Indonesia.
Takita mengajak ayah, bunda dan kakak semua. Kita ajak semua orang. Iya semuanya. Kita ajak agar mereka juga senang bercerita, seperti kita. Takita tidak bisa sendiri. Takita takut kalau sendiri. Ayah bunda dan kakak semua mau kan menemani Takita?! Terima kasih ayah. Terima kasih bunda. Terima kasih kakak semua
Ayah bunda dan kakak semua, begitu dulu ya cerita Takita. Takita sudah cerewet banget. Takita tahu harus cerewet. Biar mimpi Takita bisa jadi kenyataan. Maafkan kecerewetan Takita
Salam Ceria
Takita
Surat yang menyentuh bukan? Bayangkan bila seorang anak kecil dengan mata yang jernih tanpa dosa membaca surat seperti itu di depan anda. Saya yakin manusia manapun akan tersentuh. Dan saya yakin mimpi Takita adalah mimpi yang bisa jadi kenyataan.
Mari mendukung Takita untuk mewujudkan mimpinya. Mari mengajak para orang tua untuk semangat bercerita kepada anak-anak mereka, membangun keakraban yang selama ini mungkin tergantikan oleh televisi dan kesibukan.
Kita sama-sama punya mimpi untuk Indonesia yang lebih baik bukan? Mari mulai dari yang paling mudah. Bercerita untuk anak kita.
Keterangan:

Ingin berjumpa Takita? Like di http://Facebook.com/BonekaTakita

Ingin mendengar suara Takita? Klik di http://IndonesiaBercerita.org




Friday, September 14, 2012

Seutas Benang

Awalnya, ia hanya seutas benang. Faktanya, bahkan ia jauh beribu-ribu lebih halus dari benang yang kita tahu. Tipis, kecil, tak terlihat dan terabaikan.

Anehnya, setiap kita melakukan sesuatu yang sama, ia menebal. Melakukan sekali lagi, iapun kembali menebal sekali lagi. Pengulangan menebalkan sekaligus menguatkan benang yang tadinya hanya seutas  itu.

Sehari, seminggu, sebulan, setahun..benang itupun semakin kuat. Setelah kuat, benang itu segera menunjukkan kekuasaannya. Mereka (karena tidak lagi sehelai) mengontrol kehidupan seseorang, tanpa disadari. Menguasai cara berkata-kata, bertindak, bahkan setiap reaksi terhadap sesuatu.

Kekuasaan merekapun beragam, ada yang positif dan memuliakan, namun ada pula yang negatif, mengungkung, memperbudak bahkan menistakan.

Semuanya tergantung "penguatan" yang dilakukan tuannya. Di titik inilah mereka bisa jadi "senjata pamungkas" atau "senjata makan tuan". Sekali lagi, semua ditentukan oleh tuannya.

Benang itu adalah : neuro (syaraf) kita. Jalinannya yang kuat membentuk "kebiasaan" kita. Dan akhirnya bermuara pada "karakter". Kita adalah Sang Tuan, yang lewat pengulangan sikap, cara berpikir, reaksi, menyebabkan mereka 'berkembak-biak' menebal, menguat kemudian menguasai. Sehingga sebuah kebiasaan menjadi demikian "otomatis", namun jika disadari proses menenunnya ternyata jauh dari otomatis.
“The beginning of a habit is like an invisible thread, but every time we repeat the act we strengthen the strand, add to it another filament, until it becomes a great cable and binds us irrevocably, thought and act” (Orison Swett Marden)

Ingat! Satu kata, satu tatapan, satu senyum ramah, satu kepedulian, satu kebaikan, satu ketulusan, satu amarah, satu dusta, satu kelicikan...SELALU berupa penguatan!

Semoga kita selalu diberi hikmat dan kekuatan oleh TUHAN..untuk selalu menenun "helai demi helai" kebiasaan dan karakter mulia, sehingga "otomatis" menghantarkan kita pada hidup yang mulia, sukses dan bermanfaat bagi orang lain

*
MTA (Made Teddy Artiana)

Monday, September 10, 2012

Just another picts of ka Syefa and de Fai

  
August-Sept, 2012. Bandung; Depok.

Yes! Book is very important to upgrade our knowledge.

Tuesday, September 4, 2012

HarPelNas (Hari Pelanggan Nasional)

Dear bapak/ibu,
Ketemu kembali di artikel singkat di pekan ini. Kali ini saya sedikit menyampaikan tentang Hari Pelanggan Nasional (HarPelNas).

Bapak / Ibu semua sudah tahu mengenai HarPelNas bukan? Pasti tau dong:)
Ya, setiap tanggal 4 September 2012, masyarakat Indonesia, utamanya perusahaan (kalangan bisnis secara umum), memperingati Hari Pelanggan Nasional. Tentu bukan hari peringatannya itu yang terlalu penting, tapi makna yang tersirat di dalamnya.

Lalu, apa maknanya bagi dunia usaha atas HarPelNas tersebut?
Tentu bukan sekedar seremonial semata, melainkan semangat pelayanan pelanggan yang lebih substantif. Bahwa kepuasan pelanggan absolut tidak akan pernah didapat titik temunya, karena ekspektasi pelanggan terhadap kepuasaan tidak pernah berada di titik statis namun terus menanjak, naik. Untuk itu konsentrasi dunia usaha dalam merancang formula yang dapat memberikan kepuasan pelanggan yang benar-benar hebat  menjadi sebuah keniscayaan yang tak kenal henti. Ia menjadi proses yang berkesinambungan. Terus berlari mengejar ekspektasi.

Pekerjaan memuaskan pelanggan bukanlah sekedar 'lips service' dari perusahaan, tapi harus menjadi ruh bagi perusahaan itu sendiri jika ingin masih survived. Semangat di semua lini, mulai dari office boy, security, hingga pimpinan puncak. Usaha ini bukanlah usaha sehari, atau semusim saja. Ia perlu ada sepanjang waktu, seiring dengan denyut nadi dan tumbuhkembangnya perusahaan.

Dengan demikian, fokus hanya pada satu hari saja sepanjang tahun untuk benar-benar menghayati makna kepuasan pelanggan tidak akan membawa banyak kebaikan. Ia harus menjadi usaha sepanjang tahun. Adapun hari ini diperingati sebagai HarPelNas hanyalah sebuah momentum baik untuk melejitkan titik  kepuasaan pelanggan ke posisi yang sebenar-benarnya. Jika sudah demikian semangatnya, baru kita boleh berbangga sambil berkata; Wahai pelanggan, kami ada karena Anda semua. Karena itu semangat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan sepenuh hati akan menjadi tanggung jawab kami semua.'

Selamat Merayakan Hari Pelanggan Nasional.


Best Regards,
Feri Susanto

@feri_s
221A8441

Monday, August 20, 2012

SELAMAT IDUL FITRI 1 Syawal 1433H


Assalamu'alaikum wr wb.
Beningkan hati dengan dzikir
Cerahkan jiwa dengan cinta
Lalui hari dengan senyum
Tetapkan langkah dengan syukur
Sucikan hati dengan permohonan maaf

SELAMAT IDUL FITRI
1 Syawal 1433H/2012M


Taqabbalallahu minna wa minkum
Shiyaamanaa wa shiyaamakum
Ja'alanallahu waiyyakum
Minal 'Aidin wal Faizin
Kullu 'Aamin waantum Bikhair.

Mohon Maaf Lahir & Bathin


Feri, Iceu, Syefa & Haura

Monday, August 13, 2012

Gandhi dan Sepatu Lepas

Baru saja saya melihat status BBM seorang sahabat. Isinya begini: 'Sepertinya kurang amal neeh. Spatu terlepas n hilang d busway. Pulang dg sepatu sebelah. Memalukan:)!

Lalu seketika saya teringat dengan cerita yang hampir sama yg pernah dialami oleh pemimpin besar India, Mahatma Gandhi.

Berikut ini cerita ringkasnya:

Suatu hari Gandhi hendak bepergian di kota Delhi, karena agak terburu-buru dia harus berlari mencari transportasi. Pilihannya bus kota, di cerita lain disebutkan adalah naik kereta api (sumber tidak diketahui).
Karena penuh sesak di dalam bus tersebut, beliau tidak berhasil menerobos ke dalam, hanya berebut tempat saja di pintu bus itu dengan penumpang lain.

Karena naiknya pun berdesakan, setelah berlari, sementara busnya terus berjalan, sepatu beliau terlepas sebelah..

Sepatu terlepas dan terjatuh sebelah di jalan, sementara bus terus melaju kencang, tentu tidak ada harapan bagi Gandhi untuk mendapatkannya lagi.

Lalu apa yang dilakukan oleh Gandhi kemudian?
Dia lepas sepatunya yg tersisa dan membuangnya ke jalan.

Seorang pemuda yg memperhatikannya lalu bertanya, 'Kenapa tuan bisa melakukan itu?'.

Dengan penuh kata2 bijak Gandhi menjelaskan, 'Sepatu saya terlepas dan jatuh sebelah, tentu yang tersisa ini jadi kurang atau tidak berguna lagi. Daripada tidak ada gunanya, lebih baik yang sebelahnya lagi ini saya lepas juga ke jalan. Siapa tahu ada yang menemukan kedua-duanya sehingga dia bisa menggunakan dan memanfaatkannya'.

Luar biasa ya, konsep ikhlas dengan setiap kejadian plus semangat berbagi manfaat sekaligus.

Kalau merujuk pada prinsip 90/10-nya Stephen covey, Gandhi sudah menunjukkan cara bersikap yang demikian. Yang 10-nya diluar kendali orangnya, sementara yang 90 murni dari cara beliau bersikap. Kejadian yang kurang menyenangkan di awal jangan biarkan sampai membuat hari kita jadi tidak menyenangkan.

InsyaAllah, next time kita discuss lagi dengan tema prinsip 90/10 ini. Terimakasih telah berkenan membaca tulisan ini.

Salam,

Tuesday, August 7, 2012

First Call Resolution (FCR) and Repeated Calls

Dalam pengelolaan contact center, istilah First Call Resolution (FCR) telah menjadi salahsatu term yang sangat populer. First Call Resolution (FCR) merupakan salahsatu parameter yang bisa [sangat] mempengaruhi Service Level secara keseluruhan. Seperti apa hubungan antara First Call Resolution (FCR) dengan pencapaian Service Level? Untuk menjawab pertanyaan tersebutlah, tulisan ini dibuat.

Pertama, saya sampaikan pengertian dasar apa itu First Call Resolution (FCR) dalam tampilan matematis berikut ini:

FCR performance is the percentage of customers who achieved call resolution in one call.

Berapa banyak pelanggan yang [merasa] masalahnya teratasi, requestnya terpenuhi, atau pertanyaannya terjawab dalam satu kali call saja dibandingkan dengan jumlah total call, itulah yang dimaksud dengan Performansi FCR. Semakin tinggi nilai FCR-nya semakin ‘memuaskan’ layanan call center tersebut di persepsi pelanggan.

Pelanggan tidak perlu melakukan panggilan kedua, ketiga atau seterusnya untuk memenuhi keperluannya terkait dari layanan call center yang ditelponnya tersebut. One call is enough! That’s the point of FCR performance.

Dalam praktiknya, tentu tidak semua transaksi bisa diselesaikan secara langsung oleh seorang agent di satu kali call. Ada banyak transactions / cases yang harus dieskalasikan ke bagian back-end support karena keterbatasan agent’s authority dari aplikasi-aplikasi tertentu misalnya. Atau karena terjadinya gangguan sistem sehingga request atau problem pelanggan tidak bisa langsung diselesaikan di panggilan pertama.

Selain dari kumpulan calls yang termasuk dalam FCR adalah calls yang [bisa] memicu terjadinya repeated calls. Jika ini terjadi, maka bisa diprediksikan call offered akan meningkat. Kalau staf WFM (work force management) sudah bisa melakukan forecast call dari potensi repeated calls tentu Service Level masih bisa dijaga dengan baik [sepanjang ketersediaan agents memenuhi kebutuhan staffing].

Ceritanya akan lain lagi jika potensi repeated calls tersebut luput dari bagian forecast oleh staf WFM, maka resiko SL drop akan menjadi sangat mengkhawatirkan. Karena pelanggan yang tidak atau kurang puas dengan panggilan pertamanya akan melakukan panggilan kembali berkali-kali sampai mereka merasa satisfied. Ketika panggilan berulang terus dilakukan dan dilayani oleh agent-agent yang berbeda maka secara psikologis, agent yang melayani kemudiannya akan menjadi terganggu kepercayaan dirinya [bisa juga tidak].

Dari uraian sederhana di atas sudah terlihat seperti apa hubungan FCR dan SL. Kemudian, mari kita lihat faktor apa saja yang bisa membuat performansi FCR menjadi tidak baik.

Pertama, tentu saja faktor agent. Ketidakcakapan seorang agent dalam delivering service akan memicu pelanggan mencari alternative solution / information dengan menghubungi agent yang lainnya. Maka repeated call dengan case/inquiry yang sama akan terjadi. Untuk mengatasi masalah ini, training product knowledge, telephony skills dan phone courtesy bisa menjadi pilihan management. Trainingnya sendiri bisa macam-macam; classical, tandem, roleplay atau metode-metode lain yang dianggap bisa membantu.

Kedua adalah faktor prosedur. Call center yang memberikan otoritas yang luas kepada seorang agent dalam handling problem akan sangat mempengaruhi pada kecepatan solve-nya masalah pelanggan. Sementara call center yang menerapkan prosedur yang terlalu ketat, birokratis dan banyak lapisan untuk approval tentu akan bisa menghambat pencapaian FCR ini. Solusi untuk faktor ini adalah perlunya melakukan ‘simplifikasi’ SOP. Namun, ini sepenuhnya tergantung kepada kebijakan manajemen.

Ketiga adalah faktor sistem atau teknologi. Sistem atau teknologi ini bisa berupa software dan ataupun hardware. Kegagalan kerja sistem atau teknologi ini akan sangat memicu datangnya call berulang. Gangguannya bisa terjadi di teknologi / tool call center-nya atau bisa juga gangguan yang terjadi pada teknologi pendukung atau yang dijual ke end-user. Pada saat gangguan terjadi, pelanggan akan secara berkala melakukan panggilan ke call center untuk memastikan apakah gangguan/permasalahan di sistemnya sudah selesai atau belum. 

Untuk mengatasi masalah ketiga ini diantaranya adalah dengan melakukan pengecekan perangkat secara intensif oleh team IT, atau dengan menggunakan perangkat dari vendor yang handal. Dan pasti masih banyak solusi lain yang bisa dilakukan, tergantung pada masalahnya.

Demikian sedikit ulasan mengenai FCR. Tentu bagi bapak/ibu pegiat call center semua, hal yang saya tuliskan ini adalah hal yang sudah menjadi ‘makanannya’ sehari-hari.

Terimakasih telah bersedia menyimak.
Salam, maju terus contact center Indonesia.