Bagi Sobat Bloggers yang mau tukeran link, monggo ditunggu konfirmasinya di email feribatahan@yahoo.com ya. Terimakasih dan tetap SEMANGAT Kakak! ****** Yang ingin berdiskusi tentang Customer Operation, Contact Center, People Management, Ecommerce, Digital Marketing hingga Hypnotherapy juga boleh via WA +6281999798081:)

Wednesday, January 29, 2014

Buta yang Terburuk adalah Buta Politik

Saya menuliskan pernyataan dari Bertalt Bracht berikut ini di timeline saya:

Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik.

Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional. Bertalt Bracht (Penyair Jerman)

Mari melek politik!

---

Ada yang bertanya:
wis serem... kalo bedanya politik sama strategi apa pak??? setau saya sih kalau Rasululloh saw. dan Pejuang di belahan bumi Asia istilah yang digunakan adalah Strategi, mulai dari strategi perang, strategi ekonomi sampei sosial, dan strategi itu menggunakan adab, etika dan panduan... kalau politik sy tidak tau apakah ada etikanya atau sekedar untuk mencapai tujuan bagaimanapun caranya... 
---

Jawaban saya:
AFAIK, strategi itu kepanjangan dari politik. Strategi menjangkau sesuatu yang lebih spesifik dari politik. Betul itu, contohnya ada strategi perang, strategi ekonomi, dll.
Politik secara definisi banyak siy artinya, macam-macam dari banyak ilmuwan. Yg saya suka dan tampak mengena adalah:

 
(1)Sbg usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(2)Sbg suatu hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
(3) Merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
(4) politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.


Jadi, politiknya sendiri tidak masalah (saya yakin ini). Yg masalah itu adalah manusia pelakunya. The man behind the gun-nya .... Mudah2an masyarakat kita semakin tercerahkan pengetahuan politiknya, agar semua proses politik yg terjadi ditengah-tengah masy itu juga cerah, dan pada gilirannya terlahir pula pemimpin politik yg mencerahkan, jujur dan amanah. #Semoga
--

Ada yang respon lagi:
Jika istilah Politik itu muncul saat Kekaisaran Roma membentuk Senat, maka saya lebih suka ketika Conan the barbarian memukulkan Kapaknya diatas meja Senat, dan ketika william wallace memaki para bangsawan skotland yang rame berdebat, meskipun karena politik william wallace jadi korban... dan saya lebih memilih jaman Rasululloh sampe Khalifah Umar bin Khatab dibanding setelahnya yang sudah melakukan sistem pemilihan... kami Rindukan Amirul Mukminin yang takut pada Tuhan bukan pada para pendukungnya apalagi pada data2 survei2 apalah... hehehe...

---
Berikut ini jawaban saya:
Setuju, dan benar sekali. Kita (ummat Islam) punya romantisme sejarah terhadap kehidupan sosial di masa Rasulullah SAW. Pertanyaannya adalah, bagaimana mentransformasi nilai-nilai yang kita rindukan itu dalam konteks kekinian? ke dalam konteks bernegara kita saat ini? 
 
Mau tidak mau, suka tidak suka, kebijakan, keputusan atau perangkat apapun yang ditujukan sebagai aturan bersosial, dibuat oleh lembaga-lembaga politik. Dalam sudut pandang inilah, himbauan untuk melek politik menjadi sebuah keniscayaan. 

 
Masa bodoh, apatis, cuek, ataupun anti politik sungguh bukanlah pilihan yg tepat untuk diambil saat ini, jika kepentingan masyarakat tidak ingin terus tergadaikan di tangan-tangan 'yang kotor'... #Merdeka
 


*Picture is powered by google 
 

Monday, January 27, 2014

8 Sifat Untuk Sukses



Tulisan ini merupakan resume dari buku Richard St. John dengan judul asli ‘8 To be GREAT’. Saya menyarikannya dari versi terjemahan bahasa Indonesia, terbitan  Gramedia 2011, dengan judul ‘8 To be GREAT’: 8 Sifat Untuk Sukses’.

Kenapa hanya 8 sifat? Bukankah seharusnya untuk menjadi orang sukses itu harus memiliki semua sifat yang baik. Mungkin puluhan sifat atau bahkan ratusan. Ya, bisa jadi. Namun oleh Richard St John, sudah dihimpun dalam 8 sifat utama saja. Bukan berarti sifat-sifat lain tidak mendukung.

8 Sifat Untuk Sukses ini merupakan hasil ‘pencarian’ dari penulis untuk sebuah pertanyaan ‘Kenapa Anda bisa Sukses?’ yang suatu ketika dilontarkan oleh seorang gadis yang duduk bersebelahan dengannya pada suatu penerbangan menuju sebuah konferensi di California.’ Sayangnya, saat itu John belum bisa menjawabnya.

Untuk beberapa waktu pertanyaan itu menjadi berkecamuk dalam pikirannya. Dan pertanyaan itu lah yang kemudian mengantarkannya kepada sebuah proyek wawancara dengan 500 orang sukses di dunia. 500 wawancara dengan orang sukses demi sebuah misi untuk menemukan jawaban: ‘Kenapa Anda bisa Sukses?’  atau ‘Apa yang membuat Anda Sukses?’.

John melakukan wawancara dengan 500 orang sukses itu selama sepuluh tahun. Semua hasil wawancaranya dipilih dan dipilah. Kemudian dipisahkan berdasarkan kepeminatan dan keahlian para tokoh tersebut. Mulai dari olahragawan, actor, seniman, ilmuwan, peneliti, fotografer, politisi, hingga salesman/saleswoman. Setelah mengelompokkan pada sifat-sifat wajib yang dimiliki oleh orang sukses, maka jadilah buku panduan tersebut.

Setidaknya ada tigapuluhan sifat sukses yang banyak dijumpainya pada setiap kali tokoh yang diwawancarainya itu menjawab. Namun tidak semua tokoh memiliki ketigapuluh sifat tersebut. John belum puas dengan simpulannya ini. Terlalu banyak. Kemudian dia mengerucutkannya lagi dalam beberapa sifat saja, yang kesemuanya dimiliki oleh 500 orang sukses tersebut. Artinya, beberapa sifat ini lintas profesi, lintas kepeminatan. Mau profesi dan keahlian apapun jika memiliki kesemua sifat wajib ini pasti sukses, demikian John berargumen.

Apa saja sifat-sifat yang wajib dimiliki untuk menjadi orang sukses tersebut? Total adal 8 sifat. Berikut ini penjelasan singkatnya:

Pertama: Passion
Passion adalah sebuah langkah awal. ‘Kerjakan apa yang kau cintai, atau cintai apa yang kau kerjakan’ merupakan kalimat ajakan yang luar biasa oleh para motivator untuk menumbuhkan passion para muridnya. Dengan passion, orang sukses telah mengubah suatu yang ‘mustahil’ menjadi riil. Mengubah yang langka menjadi nyata. Orang-orang sukses selalu mencintai apa yang mereka kerjakan. Passion dapat mengubah mereka yang berprestasi rendah menjadi berprestasi melimpah. From zero to be hero.

Kedua: Kerja
Tidak ada orang sukses yang tidak bekerja keras. Semuanya bekerja keras. Mereka menemukan kesenangan saat bekerja. Mereka bukan workaholic  (kecanduan kerja) , tapi mereka workafrolics (penggemar kerja). Jelas, workaholic dan workafrolic adalah berbeda. Kecanduan kerja dapat membuat mereka membanting tulang dengan raut muka yang masam. Dan kecanduan kerja dapat menyebabkan kesehatan dan hubungan social mereka amburadul. Tentu itu tidak benar.

Workafrolic  adalah penggemar kerja.  Bekerja adalah menemukan kesenangan. Seperti yang disampaikan oleh pendiri  perusahaan periklanan Chiat/Day, Jay Chiat berikut ini: ‘Bekerja sangatlah menyenangkan. Jika Anda tidak bersenang-senang, Anda melakukannya untuk alasan yang salah. Atau ungkapan Jack Welch, CEO General Electric: ‘Bisnis adalah ide-ide, kesenangan, kegembiraan, selebrasi dan semua yang menyenangkan’. Orang-orang workafrolic tidak memilik garis pembatas antara pekerjaan dan kesenangan- semuanya berputar menjadi satu.

Ketiga: Fokus
Banyak sudah contoh orang sukses adalah mereka yang fokus pada satu bidang saja. Stop lah keinginan Anda untuk menguasai banyak hal sekaligus. Bisa jadi Anda akan menguasainya, tapi percayalah prestasi Anda tidak akan super untuk semua hal. Saran John dalam bukunya tersebut, fokuslah pada satu hal saja!

Susan Ruptash, seorang arsitek handal, yang juga dikutip dalam buku John ini menyebutkan:  ‘Memiliki fokus sangatlah penting. Banyak orang bekerja sangat keras, tetapi mereka tidak terfokus. Mereka kesana-kemari mencoba terlalu banyak hal, hinggga pekerjaan yang mereka jalani justru menjadi amburadul.

Keempat: Motivasi
Motivasi adalah bahan bakar yang selalu diperlukan untuk membuat mesin asa dan hidup Anda tetap menyala. Anda butuh motivasi, bagaikan butuhnya Anda terhadap mandi. Perlu motivasi setiap hari. Dan sifat keempat dari orang sukses itu adalah mereka mampu memotivasi dirinya sendiri. Tiada motivator yang paling unggul kecuali motivator yang hidup dalam diri Anda sendiri. Ya, Anda sendirilah motivator terhebat yang dapat mendorong Anda untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.

David Gallo, ilmuwan laut yang terkenal, berkata pada John dalam wawancaranya: ‘Motivasilah dirimu sendiri. Hasilnya luar biasa, Teman. Selalu. Secara fisik, mental, kamu harus mendorong dirimu sendiri, dorong , terus, terus.’

Kelima: Ide
Ide menerangi jalan menuju sukses. Ide membantu Anda untuk tetap menemukan solusi pada setiap problem yang muncul. Ide membedakan Anda dengan yang lainnya. Ini yang dapat dilihat pada 500 orang sukses yang diwawancarai John tersebut. Lihatlah mereka dengan ide-idenya yang menakjubkan itu.

Contoh orang sukses yang memiliki ide dahsyat adalah Bill Gates. Dia berkata, ‘Saya punya suatu ide, mendirikan perusahaan piranti lunak microcomputer pertama.’ Dan, ide kecil tersebut menjadikan Bill raksasa dalam dunia teknologi dan juga menjadikannya manusia terkaya sedunia.

Ted Turner, pendiri CNN, juga memiliki ide dahsyat ini. Saat stasiun TV biasa hanya menanyangkan berita selama beberapa kali saja dalam sehari. Ia ingin melihat berita kapan pun ia mau, dan--- Ia muncul dengan ide mengenai CNN, jaringan berita kabel 24 jam pertama di dunia. Selanjutnya, kesuksesan luar biasa yang diraihnya dengan permulaan dari ide itu

Keenam: Pengembangan Diri
Sifat selanjutnya yang dimiliki oleh orang-orang sukses adalah: mereka secara konstan MEMPERBAIKI diri mereka sendiri dan kinerja mereka, entah itu berkaitan dengan karier, proyek, produk, atau layanan.

Tidak ada orang sukses yang berhenti belajar. Berhenti mengembangkan dirinya. Tidak Ada. Mereka terus memperbaiki diri. Prinsip mereka dalam bekerja adalah: make it better, better, better. Jangan cepat berpuas diri. Selalu ada area perbaikan yang bisa dilakukan.

Untuk mendapatkan hasil yang better, better, dan better, mereka terus berlatih, berlatih, dan berlatih. Seperti yang disampaikan oleh Martha Graham, seorang koreografer berikut ini, ‘Kita belajar dari latihan-latihan. Entah mau dikatakan: belajar menari asalnya dari  berlatih menari atau belajar hidup berasal dari berlatih hidup, tetap prinsip keduanya sama.’

Ketujuh: Melayani
Sifat ketujuh yang dimiliki oleh orang-orang sukses ini adalah: mereka MELAYANI orang lain. Jika sifat pertama hingga sifat keenam tadi berfokus pada DIRI sendiri, kini saatnya teropong Anda diarahkan keorang lain.
Orang-orang sukses itu tidak hanya sukses untuk dirinya sendiri, tapi bagaimana manfaatnya terhadap orang lain. Belumlah sukses jika Anda masih berkutat pada kepentingan diri sendiri.

Melayani orang lain adalah kunci orang untuk menjadi kaya. Melayani orang lain akan membawa kekayaan hidup yang sesungguhnya. Semangat pelayanan dan memberi kepada orang lain ini sejalan dengan semangat berikut: ‘The more you give, the more you receive’- Semakin banyak yang Anda beri, semakin banyak yang Anda terima. Dan, it’s absolutely TRUE!

Kedelapan: Tekun
Sifat kedelapan ini menunjukkan seberapa kuat Anda sebenarnya. Banyak orang yang awalnya memiliki potensi besar untuk sukses, namun jadi gagal di tengah jalan, karena mereka tidak tekun. Orang-orang sukses sangat paham akan sifat ini. Mereka terus berjuang, berbuat dengan tekun, persistence action. Hasilnya, spektakuler!

Menurut John, ketekunan menjadi sangat penting karena kita memiliki banyak hal sekaligus: daya tahan, ketabahan, stamina, determinasi, keteguhan, dan ketegaran.

Ingin menjadi sukses? Tekunlah. Layani orang lain. Terus kembangkan diri. Munculkan ide-ide dahsyat. Motivasi diri Anda. Fokuslah pada apa yang Anda kuasai. Gemari pekerjaan Anda. Tumpahkan cinta dan passion Anda untuk semua itu.
Sampai jumpa di titik SUKSES.

Friday, January 17, 2014

Sungai, Sampah, dan Kita.



Saya bersama keluarga sempat tinggal selama 3 tahun di lokasi yg dekat dengan pinggir sungai kecil di Bandung (2008-2011). Lokasinya tidak jauh dari Pasar Induk di kota itu. Mohon maaf jika saya harus ceritakan ini. Satu hal kebiasaan yg tidak baik dari warganya yang kami saksikan ketika itu adalah membuang sampah ke sungai. Tiap hari mereka melakukan itu. Sampahnya semakin menumpuk. Mungkin warga setempat akan merasa 'aman' pada saat musim kemarau. Tapi akan menjadi masalah besar ketika musim penghujan. 

Apakah warga tidak paham kalau kebiasaan membuang sampah itu akan berakibat buruk? Sungai akan tersedimentasi (terjadi pendangkalan). Air sungai tercemar berat. Aliran air jadi mandeg, dan berakibat banjir. Yang ujung-ujungnya juga merugikan masyarakat itu sendiri. Ah, entahlah! 'Gak mungkin juga mereka tidak paham,' pikir saya.Tapi, kalau paham, kenapa mereka masih terbiasa saja dengan kebiasaan buruk membuang sampai ke sungai itu? Nah, inilah masalahnya. 'Kebiasaan ini harus dirubah,' tekad saya.

Terus terang sangat gemas melihatnya. Tapi segemas-gemasnya kami tetap harus menghargai dan menghormati sesama warga. Lagi pula kami ini pendatang disitu. Karena pendatang, maka menegur langsung tentu bukan pilihan yang bijak. Melarang langsung warganya buang sampah ke sungai, bisa saja akan menjadi masalah buat saya dan keluarga. Bisa-bisa kami dimusuhin dan diusir. Hehe.. .  

Yang perlu kami lakukan adalah 'berbuat' sesuatu yang menurut kami baik. Mudah-mudahan. Ya, kami sedang belajar mendidik keluarga sendiri. Memberi contoh buat anak pertama kami juga. Sukur-sukur pula dapat 'menginspirasi' warga setempat. 

Setiap pagi, sambil berangkat kerja ke arah Jl. Buahbatu, saya selalu membawa sampah yang sudah dikemas rapi di kantong plastik. Itu adalah sampah domestik kami. Saya bawa dengan diikatkan di bagian samping motor. Rata-rata ada 2 kantong plastik berukuran sedang yang saya buang setiap paginya. Saya menitipkan sampah tersebut di TPS Tegallega yg lokasinya memang searah dengan kantor tempat saya bekerja.  

Terpaksa jauh membuang sampah tersebut, karena di lingkungan sekitar tempat kami tinggal belum ada fasilitas penyimpanan sampah sementara yang memadai. Ada juga beberapa tong sampah yang dikordinir RT/RW setempat, tapi sampahnya sering melimpah kurang terurus. Itulah alasan saya kenapa sampah-sampah domestik rumah tangga kami itu dibuang jauh. Meskipun ada pengeluaran tambahan sedikit. Saya dan keluarga secara batin merasa lebih plong. Seribu atau dua ribu rupiah saya sodorkan ke petugas kebersihan di sudut lapangan itu setiap kali menitipkan sampah tersebut.

Dengan melakukan hal itu setiap pagi, ada juga tetangga yang mulai penasaran. Awalnya mereka tidak menyangka yang saya bawa itu adalah sampah. Malah ada yang menyangka itu adalah barang dagangan. 

Meski melihat kebiasaan kami yang 'berbeda' ini, waktu itu belum ada tetangga yg melakukan hal yg sama. Tidak satu pun yang meniru. Mereka tetap saja membuang sampai ke sungai. Hingga kami pindah dari sana pun, kebiasaan warga membuang sampai ke sungai itu belum berhenti juga. Mereka terus melakukannya. Duh! Kami sendiri berusaha konsisten saja.

Meskipun 'upaya' sederhana yang kami lakukan itu tidak seberapa dampak langsungnya terhadap kebersihan lingkungan. Namun setidaknya bisa menjadi sumbangan kecil bagi alam yg lebih baik. Semoga. Lebih dari itu, kami sebenarnya sedang belajar melakukan perubahan, mulai dari diri sendiri. Mulai dari keluarga sendiri.

***
Setelah tidak lagi menetap di daerah sana, kami sempat bersilaturrahmi lagi ke sana tahun lalu. Satu hal yang membuat kami bahagia adalah, si pemilik rumah yang kami kontrak dulu sudah merubah kebiasaanya. Kami lihat si bapak pemilik rumah itu sedang menyiapkan kemasan sampahnya untuk disangkutkan ke motornya. Dia akan buang keluar. Wah, ini yang saya dan keluarga lakukan selama 3 tahun dulu. Artinya, mereka sudah tidak buang sampah lagi ke sungai. Saya memang tidak sempat memperhatikan warga yang lain. Tapi kami positive thinking saja, semoga yang melakukan ini bukan si bapak saja. Mudah-mudahan warga lainnya juga ikut 'berubah' ke kebiasaan yang lebih mencintai lingkungan itu. Aamiin


Photo ilustrasi: powered by google

Tuesday, January 14, 2014

WAWASAN SASTRA: Kepengarangan dan Konstruksi Sosial

Tahun 2000, yakni 38 tahun setelah polemik yang bersumber kepada satu dalil itu, bahwa kualitas ”kesucian” seorang pengarang terletak kepada orisinalitasnya, muncul buku Hidup Matinya Sang Pengarang yang disunting oleh Toeti Heraty. Isinya, berbagai pemikiran mengenai kepengarangan, yang pada mulanya memang menunjukkan posisi pengarang sebagai sosok genius dan agung, yang difungsikan sebagai sumber pencerahan bagi masyarakatnya, tetapi yang segera disusul dengan munculnya tesis kemandirian teks, menggusur sama sekali maksud dan tujuan pengarang. Maka dalam hal ini pembaca seolah bertiwikrama menjadi Mahapembaca, yang sambil ”membunuh” pengarang mendapat hak sepenuhnya melakukan pembermaknaannya sendiri. Kenapa bisa begitu?

Esai Roland Barthes yang juga diterjemahkan dalam buku ini, Kematian Sang Pengarang, menyampaikan bahwa sebetulnya pengarang dalam konteks yang kita bicarakan, bukan pendongeng tradisional, adalah tokoh modern yang dihasilkan masyarakat Barat pada saat keluar dari Abad Pertengahan, dipengaruhi empirisme Inggris, rasionalisme Perancis, dan keyakinan pribadi Reformasi tempat diketemukannya kehormatan individual atau manusia pribadi. Dalam sastra, pribadi pengarang menjadi sangat penting, sebelum digugurkan pendapat bahwa pengarang modern lahir pada waktu yang sama dengan teksnya; ia bukan subjek dari mana buku itu berasal dan setiap teks ditulis secara abadi kini dan di sini, yang dalam istilah linguistik disebut performatif, yakni hanya terdapat pada orang pertama dan dalam waktu kini, ketika tindak bicara tidak mempunyai isi lain dari tindak pengucapannya.

Menurut Barthes, teks bukan lagi deretan kata dengan makna teologis, yakni bahwa ada ”pesan” dari pengarang yang berperan bagaikan Tuhan, melainkan teks sebagai ruang multidimensi tempat telah dikawinkan dan dipertentangkan beberapa tulisan, tidak ada yang aslinya: teks adalah suatu tenunan dari kutipan, berasal dari seribu sumber budaya. Seorang pengarang diibaratkannya hidup di dalam kamus raksasa, tempat ia hidup hanya untuk meniru buku, dan buku ini sendiri hanya merupakan jaringan tanda, peniruan tanpa akhir. Suatu teks terdiri dari penulisan ganda, beberapa kebudayaan yang bertemu dalam dialog, dalam hubungan-hubungan, yang terkumpul bukan pada pengarang (yang kekiniannya sudah berlalu) tetapi pada pembaca, ruang tempat teks diguratkan tanpa ada yang hilang. Pembaca adalah seseorang yang memegang semua jalur dari mana tulisan dibuat dalam medan yang sama. Sehingga, menurut Barthes, mitos harus dibalik: Kelahiran pembaca harus diimbangi oleh kematian pengarang.

Namun, kita harus hati-hati dalam menafsir kata ”pengarang” ini karena menurut Michel Foucault dalam Siapa Itu Sang Pengarang? yang juga diterjemahkan di sini, di antara ulasannya yang panjang lebar, bahwa ”… akan sama kelirunya jika kita menyamakan pengarang dengan pengarang sebenarnya, kalau kita menyamakannya dengan pembicara fiktif; fungsi-pengarang dilaksanakan dan beroperasi dalam analisis itu sendiri, dalam pembagian dan jarak.” Nah, apakah ini berarti wacana yang menciptakan pengarang, dan pengarang tidak menciptakan apa-apa, karena fungsi bagian dari wacana?

Sampai di sini, untuk sementara disimpulkan bahwa (1) plagiarisme sebagai bentuk kebersalahan timbul dari mitos kesucian pengarang yang ditentukan oleh orisinalitasnya; (2) meski secara filosofis dominasi pengarang atas teks sudah terhapus, tidak berarti bahwa plagiarisme menjadi halal karena mengakui ketidakmungkinan untuk jadi asli tidaklah sama dengan pemberian izin untuk mengutip tanpa menyebutkan sumbernya; (3) plagiarisme sebagai masalah etis, meski moralitasnya merupakan tanggung jawab pelaku terhadap dirinya sendiri, layak diterjemahkan secara legal dan sosial, sejauh terdapat pihak yang karenanya mendapat kerugian dan ketidakadilan dalam segala bentuk; (4) setiap bentuk kebersalahan dalam konteks ini tentunya diandaikan dapat ditebus kembali.

Seno Gumira Ajidarma. Wartawan
Diambil dari link ini.

MERANTAULAH...

Syair indah dari imam Syafi'i ini terasa so inspiring ketika dibacakan Rhenald Kasali malam ini (14 Januari 2014) di Rumah Perubahan TVRI dengan bintang tamu, tokoh perubahan 'Hasnul Suhaimi'. Putera Minang yang kini menjadi CEO XL Axiata.

MERANTAULAH...

Orang pandai dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

Pergilah kau kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air yang diam menjadi rusak kerana diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih jika tidak kan keruh menggenang

Singa tak akan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika sahaja matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman
Orang-orang tidak akan menunggu saat munculnya datang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan

Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan
Jika dibawa ke bandar berubah mahal jadi perhatian hartawan.

(Diwan Imam Asy-Syafi’i, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i)